Mimpi Malamku

 



Kau bagai udara
Yang ku hirup tiap masa
Sesaat kau tiada
Sesaknya nafas ku rasa

Kau bagai titisan hujan
Yang membasahi bumi nan gersang
Walau dingin mu sampai ke tulang hitam
Tetap deraianmu yang mendingin kan amarahku

Jadilah matahariku
Moga sinarmu
Kan bisa hangatkan
Indah kan hari hariku

Saat malam menjelang
Jadilah rembulan yang terang
Suluh lah mimpi malam ku
Biar indah seindah kejora yang berkerlipan

Tapi cinta
Ku mohon janganlah kau berubah rupa
Menjadi taufan yang membawa petaka
Hingga semua kasih dan setia
Terhempas bagai badai yang mengila

Dewa Bisikan Asmara…kau lah segala rasa yang berlabuh di dermaga hatiku
Love you cintaku…sepenuh ragaku

Aku


 


Pernah merasa terluka karena mu

Kamu,
Pernah menoreh pedih dihatiku
Kita,
Pernah juga terbakar api amarah yang sama
Acapkali aku berucap ingin mengabaikanmu
Membencimu,
Dan menghapus semua tentangmu
Tapi yang kusadari kini
Kamu tak pernah beranjak pergi
Separah apapun luka yang kamu beri
Ada bagian dalam kalbuku yang selalu mengingatmu,mengenangmu
dan merindu.....
Berharap suatu waktu untuk menatapmu lagi dan lagi
Kamu....
Yang tlah pergi dan takkan kembali
Kan kubiarkan satu sisi kalbuku menghuni tentangmu
Hari ini , esok , tanpa batasan waktu
Selamanya.... seperti janjimu dulu

AyAh



Ayah andai kau paham atas

kesah anak mu ini pastilah
engkau akan paham
mengapa dunia ku selalu
terasing..
Dalam jutaan
langkah ku,
tak pernah aku
berpijak di tanah keputus
asaan & tak pernah
menggantungkan leher ku
di tali bersimpul...
Aku yang terus
berjalan meraih sejuta
harapan & mimpi'mimpi ku di
ujung sana walaupun kadang
kelumpuhan ini harus trus
berjalan walau tanpa
tongkat & merangkak
kesakitan..
Tapi aku yakin aku
akan menang & bahagia
di tanah tempat pijak ku
terakhir dengan mengangkat
sebuah bendera kemenangan

Harapan Kosong

 





Mencoba tuk bertahan di tengah kepungan badai cobaan
Lelah dalam melangkah menggenggam cinta tak berbalas
Warna pelangi hanyalah semu yang dirasakan
Hilang tersalip awan-awan biru yang menderu-deru
Lupakan semua kenangan dan janji-janji hati
 
Kepastian sudah diberikan
Namun pengkhianatan menjadi jawaban
Cinta sejati kini telah ternodai
Hampa terasa sunyi di dalam jiwa
 
Menanti harapan melepas masa-masa kelam
Melangkah maju menuju sebuah harapan
Cinta sejati sudah jauh dan pergi

Berlalu pilu ditelan oleh sang waktu

Di Ujung Kata-Kata

 


Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku

Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan

Dalam derap gerimis yang pongah menghujam
Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi
Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani
Di atas pengharapan tak berkesudahan

Tentang rindu kusam
Tentang cinta terbuang
Mengutip satu namamu di antara keluh kesah
Gundah gelisah, air mata, dan lara

Masihkah ada sedikit senyum darimu
Di batas penantianku yang kini makin terbata
Jika masih ada ruang di hatimu
Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah
Pada tanah membentang
Pada pohon-pohon rindang
Dan angin yang mengusik keangkuhan

Setidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kuraba
Janganlah sepi yang hadir
Janganlah semu yang membeku
Karena aku selalu berjalan menujumu

Biar Langit yang Memutuskan

 




Hangatnya perapian malam 

Mengingatkanku akan hangatnya pelukanmu

Kesejukan sungai kebahagiaan
Bagai menatap senyummu
Damainya jiwaku

Di mana belas kasih itu?
Bersamamu seperti mimpi semu
Hanya bisa merasakan abadinya duka
Dalam hati tersimpan banyak doa

Kau bilang kita pasti bisa
Bisa saling mencintai
Bersama sampai tua
Bersatu hingga mati

Kau bilang perbanyak doa dan harapan
Impian kita pasti kan terwujud
Namun apa yang terjadi kini?
Biarlah langit yang memutuskan

Satu keinginan
Cinta kita jangan sampai berubah
Hati kita tetap menyatu
Menciptakan bahagia bersama
Tak semudah yang kita duga

Bagaimana harus ku hentikan air mata?
Impian kita hanya sebatas dalam mimpi
Biarlah langit yang memutuskan
Tentang akhir cerita cinta kita


Hujan Bersamamu


 

Aroma itu, waktu itu dalam senja terbenam

Hujan memihak dirimu bersemayam
Rintiknya menjelaskan wajah bergumam
Tanah basah menutupi jejak yang dalam

Jelas benar rintik hujan bersamamu
Menjadi pemisah saat temu
Bertukar air mata semu
Hujan menyelimutimu

Ketika Ada Yang Bertanya Tentang Cinta

 




Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta

Kau melihat langit membentang lapang
Menyerahkan diri untuk dinikmati, tapi menolak untuk dimiliki

Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta,
Aku melihat nasib manusia
Terkutuk hidup di bumi
Bersama jangkauan lengan mereka yang pendek
Dan kemauan mereka yang panjang

Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta,
Kau bayangkan aku seekor burung kecil yang murung
Bersusah payah terbang mencari tempat sembunyi
Dari mata peluru para pemburu

Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta
Aku bayangkan kau satu-satunya pohon yang tersisa
Kau kesepian dan mematahkan cabang-cabang sendiri

Ketika ada yang bertanya tentang cinta,
Apakah sungguh yang dibutuhkan adalah kemewahan kata-kata

atau cukup ketidaksempurnaan kita?

Aku Ada

 

Memanggil namamu ke ujung dunia

Tiada yang lebih pilu

Tiada yang menjawabku selain hatiku

Dan ombak berderu

Di pantai ini kau slalu sendiri

Tak ada jejakku di sisimu

Namun saat ku tiba

Suaraku memanggilmu akulah lautan

Ke mana kau s'lalu pulang

Jingga di bahuku

Malam di depanku

Dan bulan siaga sinari langkahku

Ku terus berjalan

Ku terus melangkah

Kuingin kutahu engkau ada

Memandangimu saat senja

Berjalan di batas dua dunia


Tiada yang lebih indah
Tiada yang lebih rindu
Selain hatiku
Andai engkau tahu
Di pantai itu kau tampak sendiri
Tak ada jejakku di sisimu

Namun saat kau rasa

Pasir yang kau pijak pergi akulah lautan

Memeluk pantaimu erat

Jingga di bahumu

Malam di depanmu

Dan bulan siaga sinari langkahmu

Teruslah berjalan

Teruslah melangkah

Ku tahu kau tahu aku ada

RINDU

 







Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku

menghadapi kemerdekaan tanpa cinta

Kau tak akan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam rindu dan sepi

Itulah berarti
aku tungku tanpa api.

Badai Asmara

 Biarkanlah cinta yang akan bicara








Hati takkan dusta siapa yang aku suka
Namun kadang ku tak kuasa menuruti kehendak bundaHarus bagaimana menghadapinya?
Namun ku percaya jodoh di tangan-NyaJurang-jurang terjal takkan jadi penghalangnyaKarna cintaku kepadanya seperti cintanya padakuBersatu menghadapi kendala yang ada
Cintaku padanya bagai batu karang di sanaTak pernah goyah walau diterjang badai bencanaCintaku padanya bagai dunia milik berduaJurang yang ada seakan mewarnai cintaku
Namun kupercaya jodoh di tangan-NyaJurang-jurang terjal takkan jadi penghalangnyaKarna cintaku kepadanya seperti cintanya padakuBersatu menghadapi kendala yang ada
Cintaku padanya bagai batu karang di sanaTak pernah goyah walau diterjang badai bencanaCintaku padanya bagai dunia milik berduaJurang yang ada seakan mewarnai cintaku
Cintaku padanya bagai batu karang di sanaTak pernah goyah walau diterjang badai bencanaCintaku padanya bagai dunia milik berduaJurang yang ada seakan mewarnai cintaku

REMBULAN MALAM

 


WAHAI SANG MALAM

Yang dihiasi ribuan bintang

Yang diterangi indahnya rembulan
Di malam yang gelap dan sunyi sepi
Rembulan hadir membawa cahaya
Bintang bertaburan dengan kilauan cahaya sungguh mempesona
Setiap malam datang kau selalu hadir dihiasi bintang, diterangi rembulan
Kau pun hadirkan kesunyian
Dan kesunyian itu ku lalui dengan kelipan bintang dan cahaya
Cahaya rembulan dan bintang menemani malam yang larut
Entah kenapa ada kesepian di hatiku saat ini
Padahal bulan menyapa dengan indah
Bintang pun berkedip kedip mengajak bercanda
Sang malam
Peluk aku
Peluk aku dalam sepi sayapmu
Biarkan aku terlelap sejenak
Disaksikan cahaya bintang dan terangnya rembulan

Kamu Adalah Aku







Kamu adalah, 

matahari yang menyinari setiap detik hariku,

gaya tarik bumi yang menahanku jatuh di setiap langkahku, 

bulan yang menghangatkan malam ku, 

bintang yang membuat semuanya menjadi gemerlap, 

Kamu adalah, 

udara yang membuatku tetap hidup, 

hatiku yang berdegub hidup didalam, 

darah yang terus mengliri tubuhku, 

satu-satunya orang yang dapat aku lihat, 

Kamu, 

memiliki suara yang indah, 

adalah segalanya,

Kamu membuatku berhenti untuk sendiri, 

Aku tak pernah mau kehilanganmu, 

Aku mau kamu ada disisa hidupku,



Pengharapan

 




Pengharapan Walau raga ini terluka… 

rasa ini terus ingin bertahan

cinta dan keyakinan 

keindahan dan kebahagiaan

 Walau ku tahu .. 

Hanyalah angan-angan 

Sebagai keinginan yang telah hilang

Kau ingin aku terus menanti 

Tanpa ada kepastian 

Seperti mimpi merindukan nyata 

Walaupun ada , pasti kan tak ada 

Dan meluruhkan rasa. 

Tak pernah kah kau merasa.. 

cinta dan kesetiaanku 

Hanya untukmu, selalu menyala.. 

Walaupun godaan dan kesunyian 

Tak pernah sepi dari hatiku,

Karena keyakinanku.. 

Kesetiaan pada satu cinta 

Adalah hal yang terindah dalam hidup 

Mungkinkah suatu saat nanti… 

Pintu hatimu akan terbuka untukku 

Yang tak lagi ada keraguan 

Dan tak lagi ada perpisahan 

Sehingga impian kebahagiaan 

Akan menjadi nyata



Langit bengras taya aling-aling

 

mega bodas nyacas mapaesan endahna sagara ombak pakidulan
seahna cai laut ngageterkeun hate nembrag jajantung
sakedapan, renghapan leutik bangun rumahuh
aya anu nyelek na sela-sela dada
nyeri peurih lir di turih ku pucuk eurih
Di tungtung halimun
Di sisi basisir
Mitineung dudeuh anu tetep maneuh
Midangdam rasa anu moal sirna
Rasa kamelang kumalangkang
Panutan ati lawas tepang

Rasa ti Salira


Rasa ti salira ningkeran hate

Ku simpay kadeudeuh

Dipiguraan ku kuwung-kuwung kasono

Dituntun kusalempay kamelang

Dina pasini anu nganti wanci

Rasa ti salira

Teu kawawa na mayakpakna tresna

Bodasna asih sumeleket na dasar hate

Dipupusti ku rasa rumasa

Kabagjaan raga sukma

Mugurkeun kamangmang.

Basa Wanci Geus Kasungsi

 

Bulan ninggalkeun caangna
Angin ngahiliwir ngedagkeun daun lamunan
Peuting ieu taya bentang nembongan
Nyumput dina mega hideung
Mapag lalakon anyar
Rasa mancawura ka jomantara
Nalika patepang di maya pada
Anjeun
Natra sajatina
Teu ngawujud raga
Tapi nyata diaping ku sukma
Sabar, deudeuh mapaes satia
Anjeun
Sajatina raga sukma
Anu teu weleh mere harepan
Teuneung ludeung
Taya kasieun.

Sapasi Kalangkang


Bentang marengan bulan
Sapasi kalangkang marengan hate nu ringrang
Inggis langit ceudeum kaangkeuban
Panutan kakasih ati
Salira ngajadi bentang dina sanubari
Ngajadi bulan anu nyaangan lebeting kalbu
Hampura,
Mun caangna rada kasamaran
Kahalang sapasi kalangkang
Hampura,
Da ngan ukur saliwatan
Milu meuntas dina pikiran
Anu keur kiruh
Mugia wanci malikeun hate
Kena asih cinta salira.

SAJADAH DI JURU IMAH

 

Janari leutik,
Batin nyeungceurikan sakolépat raray gamparan,
Kagambar rupa nu ngawitan méotan,
Kagagas cimata nyakclak kana sajadah,
Cihcir ngaléléwé haté,
Nyimpékeun lamunan nu pabuis ku rasa,
Hayang malikan mangsa katukang,
Nu bisa ngan saukur nyangkrung dina juru panon,
Hiliwir angin peuting,
Nyirep honcewang dina amparan du'a,
Lir teutep gamparan nu meruhkeun ombak,
Rongkah ngagalura dina sagara amarah,
Indung,
Sajadah di juru imah,
Tilam gamparan ngumpulkeun rupi impénan,
Indung,
Hampura abdi,
Cisoca salira teu acan janten inten.