Hujan di sore itu



Kala hujan di sore itu..

Ketika kita sedang bersama

Tertawa dengan riang, serta menikmati rintikan demi rintikannya

Hingga membuat perasaan ini menjadi tenang

Hujan di sore itu....

Mampu menghapus air mata yang jatuh pada kita

Hingga mengubahnya menjadi kebahagiaan

Kebahagiaan yang sangat indah

Pada setiap rintikannya begitu sangat bermakna

Maknanya begitu dalam

Hingga sangat sulit untuk dikatakan


"Rasa Sakit"

 


 

Ketika mereka mulai menjauhi diriku

Aku hanya bisa menatap punggungnya

Lalu berkata, "Bertahanlah"

berapa lama lagi aku bisa bertahan?

Sebab semakin lama membuatku semakin sakit

Semakin sulit untuk ku sembunyikan

Layaknya ditarik hingga ke dasar samudera

Hingga nafasku pun habis sudah

 

Terpikir, untuk ku menyerah

Sebab seberapa pun besar usaha yang ku lakukan

Tetap mereka tak akan lagi memandang ku

Diriku layaknya udara

Yang ada namun tak dapat terlihat


MENUSUK HATI





Lagi-lagi aku harus menyulam air mata ke dalam sajak tanpa warna
Hatiku pedih nyeri merasai siksa yang menghapus pesona
Puisiku mendidih dipanasi diksi tak berpena

Apa?!
Gerangan apa yang merasukimu, hai nona!
Kemarin merangkaikan bingkai di hatiku jadi merona
Kini memakaikan bangkai dalam diriku jadi merana


Jiwaku meredup suram berangsur padam
Duka-duka yang kelam, gelapnya menyiksa dendam
Luka-luka merajam sakitnya tak teredam

Kau, kata dan sikapmu
Tajam belati menyayat memayat laras hati




Kejam tak henti melumat tamat paras melati
Pula tak lupa pilu pilu yang memalu tanpa malu
Kelu sembilu melulu jadi benalu
Lalu ngilu selalu bertalu
Terlalu!

Aduhai...
Kau yang namanya pernah kusebut
Kini menderaikan dera duri-duri yang tak tercabut
Kau yang senyumnya dulu kusambut
Kini serupa seringai tak berperangai bangsa lelembut

Dasar kau,
Masuk-menelusuk-menusuk!
Merasuk-merusak-tulang rusuk!

Nona perawan!
Parasmu rupawan hatimu tak menawan
Yang kuanggap bidadari nyatanya berduri
Bidadari berduri
pura-pura merupa peri

Lembayung senja ini



Tak seindah kemarin

Pagi haripun terasa pilu

Masih terngiang di telingaku

Derap langkah pergimu

Masih tercetak jelas tapak kakimu dipasir pantai itu

Seakan ombak pun enggan untuk datang menyapunya

Pilu yang datang menyiksaku

Perlahan alunkan tangis di pipi

Lambayan tanganmu

Membawaku kembali mendekat

Ku harap, mengajakku kembali bermanja

Namun, waktu membawa ragu

Menjauhkan dirimu

Membawa sendu

Kesunyian cinta


 

malam selalu memburuku

hingga ku terperangkap 

dalam kesunyian  yang pekat

setelah itu .langit 

akan begitu bersemangat

menghajarku dengan tusukan-tusukan

cahaya bintang yang indah tapi perih

jagad raya pun lalu tertawa

melihat ku terkapar

dalam gelisah yang akut

ya, semua seolah tau

aku membeku, diterjang badai kerinduan

tapi tak satu pun mau menja!ab tanyaku

,adakah yang akan memba!aku ke hatimu"

seperti saat kutemukan dirimu di nafasku

SANG'WAKTU

 

Mungkin suatu hari nanti jika kita di pertemukan oleh sang’waktu, 

akan ada seseorang yang menatapmu begitu lama.

Kemudian, sambil terus menatapmu,

 ia berkata: "Aku menghargai masa lalumu lebih dari apapun.

 Segala yang sempat berantakan dan sampai saat ini masih berusaha kau susun kembali, 

tak pernah membuatmu terlihat rendah dimataku.

 Kau dan aku sama-sama berdosa.

 Penyebabnya saja yang berbeda.

 Bisakah kita melangkah bersama menuju lebih baik?"

Terjadi atau tidak, aku hanya ingin kau memahami intinya.

Seburuk apapun masa lalumu, kau tetap pantas untuk dicintai

PulangLah


Tidak peduli sejauh apapun kamu melangkah,

Disana masih dan tetap berdiri kokoh sebuah rumah. 

Tempat pernah dengan sengaja kamu lupakan jalan pulangnya.

Tempat dimana telah kamu tak anggap lagi keberadaannya

tapi masih dan tetap ada disana.

Iya rumah itu adalah aku.

Tidak peduli selama dan sejauh apapun kamu telah pergi

masih dan tetap ada aku disini, 

kepulangan "yang hanya aku nantikan adalah kamu; 

yang ku harap datang dan membuka pintu itu lagi.

Aku cuma mau kamu,

 keegoisan yang sampai saat ini tidak bisa aku adili, 

aku masih mencintaimu,

perasaan yang sampai hari ini tidak bisa aku bohongi.

Suatu hari nanti, saat kamu sudah menyerah akan pencarianmu.

Ketika rumah "itu tidak cukup membuatmu merasa bahagia,

 ingatlah bahwa aku masih ada.

Pulanglah tanpa perlu meminta persetujuanku.

 Kembalilah pada pelukku.

 Bukalah pintu itu tanpa perlu mengetuknya.

 Karena hanya kamulah satu² nya alasan sampai saat ini rumah itu masih dan tetap ada.