CANDU




Aku cinta habis-habisan padamu

tak guna nasihatiku

aku mabuk racun cinta

tak guna lagi obat

apa gunanya merantai kakiku

padahal yang gila hatiku

CERITA CINTA BELUM SELESAI




Sungguh,

kita berada pada sebuah keadaan

yang kian renggang Merambat

dalam sebuah pertengkaran tak tentu arah

Kita terhenti pada kondisi hati yang telah mati

Menyerah pada keadaan kemudian hilang janji Dan lalu,

mimpi mengakar semakin dalam

Mengubur segala harap tentang apa yang kita jaga

kini hilang makna Setelah sekian lama

aku berjuang menjaga rasa

agar aku kau terawat dalam kata kita

Saat itu pula kita masih terikat dalam sebuah janji

yang Namun disepakati kita adalah kesementaraan yang terlanjur nyaman

dalam sebuah ikatan Waktu waktu terlewati

dan kita hanya menjadi kekasih yang paling Bertahan dalam kata

kita meski nyatanya sudah tidak bisa Harap menyatu

harap telah berpergian kini telah sampai pada akhir tujuan

dengan kita yang sudah tidak satu impian Berjuang melawan segala sangka

dalam kita masih berjalan meski aku sudah ada yang terjalin

Merangkai segala cerita seolah dintara kita baik baik saja

Nyatanya hati tak mampu menyembunyikan kecewanya

Tumpah segala tangis dalam debat hebat

hingga ego saling memuncak Keputusan

bukanlah keinginan dan segala jawaban atas pertanyaan

bukanlah kesungguhan

Biarlah kita pulang dengan senyum

senyum terpaksa atas doa doa yang belum terlaksana

Dan kita adalah kisah yang belum selesai membawa kabar bahagia.

Risau

 



Saat sang angin mulai membisikkan tentangnya

Namun aku tak pernah tahu apa maksudnya

Seakan menyentuh, sampai menusuk relung kalbu

Hingga membuat hati ini menjadi bisu

Namun, entah apa isi bisikan angin itu

Yang ku harap hanyalah berita kesenangan

Tanpa disertai dengan kedukaan dalam hati

Namun, nyatanya bukan itu maksud dari sang angin

Hingga rasa gelisah pun mulai tertanam pada hati dengan seketika

Dan membuat penat bertanya


Hujan di sore itu



Kala hujan di sore itu..

Ketika kita sedang bersama

Tertawa dengan riang, serta menikmati rintikan demi rintikannya

Hingga membuat perasaan ini menjadi tenang

Hujan di sore itu....

Mampu menghapus air mata yang jatuh pada kita

Hingga mengubahnya menjadi kebahagiaan

Kebahagiaan yang sangat indah

Pada setiap rintikannya begitu sangat bermakna

Maknanya begitu dalam

Hingga sangat sulit untuk dikatakan


"Rasa Sakit"

 


 

Ketika mereka mulai menjauhi diriku

Aku hanya bisa menatap punggungnya

Lalu berkata, "Bertahanlah"

berapa lama lagi aku bisa bertahan?

Sebab semakin lama membuatku semakin sakit

Semakin sulit untuk ku sembunyikan

Layaknya ditarik hingga ke dasar samudera

Hingga nafasku pun habis sudah

 

Terpikir, untuk ku menyerah

Sebab seberapa pun besar usaha yang ku lakukan

Tetap mereka tak akan lagi memandang ku

Diriku layaknya udara

Yang ada namun tak dapat terlihat


MENUSUK HATI





Lagi-lagi aku harus menyulam air mata ke dalam sajak tanpa warna
Hatiku pedih nyeri merasai siksa yang menghapus pesona
Puisiku mendidih dipanasi diksi tak berpena

Apa?!
Gerangan apa yang merasukimu, hai nona!
Kemarin merangkaikan bingkai di hatiku jadi merona
Kini memakaikan bangkai dalam diriku jadi merana


Jiwaku meredup suram berangsur padam
Duka-duka yang kelam, gelapnya menyiksa dendam
Luka-luka merajam sakitnya tak teredam

Kau, kata dan sikapmu
Tajam belati menyayat memayat laras hati




Kejam tak henti melumat tamat paras melati
Pula tak lupa pilu pilu yang memalu tanpa malu
Kelu sembilu melulu jadi benalu
Lalu ngilu selalu bertalu
Terlalu!

Aduhai...
Kau yang namanya pernah kusebut
Kini menderaikan dera duri-duri yang tak tercabut
Kau yang senyumnya dulu kusambut
Kini serupa seringai tak berperangai bangsa lelembut

Dasar kau,
Masuk-menelusuk-menusuk!
Merasuk-merusak-tulang rusuk!

Nona perawan!
Parasmu rupawan hatimu tak menawan
Yang kuanggap bidadari nyatanya berduri
Bidadari berduri
pura-pura merupa peri

Lembayung senja ini



Tak seindah kemarin

Pagi haripun terasa pilu

Masih terngiang di telingaku

Derap langkah pergimu

Masih tercetak jelas tapak kakimu dipasir pantai itu

Seakan ombak pun enggan untuk datang menyapunya

Pilu yang datang menyiksaku

Perlahan alunkan tangis di pipi

Lambayan tanganmu

Membawaku kembali mendekat

Ku harap, mengajakku kembali bermanja

Namun, waktu membawa ragu

Menjauhkan dirimu

Membawa sendu